RSS

Grayscale


Diawali dari matahari yang mengintip malu malu
Tak ada banyak warna hari ini,
tak juga merah, kuning, hijau ataupun orange dan ungu
biasa saja, sangat biasa...nothing special.
aku yang biasa saja ini
berharap hari ini akan segera berganti
emmmm, dan mungkin ada warna yang cerah di esok hari

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perempuan Tua Berbaju Ungu




Entah dari arah mana datangnya, tiba tiba perempuan itu datang mendekatiku kemudian bertanya, "Mau kemana nduk?" kaget, ga kenal , "ke Kediri, mbah!"...."Ooooo...." 
Tubuh tua itu berbalut baju berwarna ungu. tas hitam kecil ditenteng dibahunya. Guratan lelah tampak jelas tergambar di wajahnya. Perempuan itu kemudian membeli 5 bungkus roti kecil, "buat oleh2 cucu di rumah" katanya kepada pedagang roti. Diliriknya aku dan tersenyum dianya padaku.
Sore itu, hujan rintik rintik, petir menggelegar semakin menambah sore mencekam...(lebay).
"Dari mana mbah?" tanyaku membuka pembicaraan kami di tengah dinginnya sore dan kebekuan hatiku.
" Dari pasar nduk, Alhamdulillah dagangan mbah laris hari ini, jadi pulang lebih enteng,gak bawa sisa dagangan."
Tak berapa lama yang aku tunggu tunggu datang...sebuah bis jurusan Trenggalek - Surabaya. naiklah aku..."Monggo mbah" akhir pembicaraan kami...Perempuan tua itupun mengangguk dan tersenyum.
Sepanjang perjalanan aku mencoba merenungkan diri, tak peduli pengamen, teman sebangku, ataupun lalu lalang pedagang.
Perempuan tua itu berbalut baju ungu..semagatnya terjerembab dalam tubuh tua, layu. Sungguh kehadiran perempuan tua berbaju ungu itu meruntuhkan seluruh kesombongan dalam diri. Aku yang masih muda ini, terlalu sering mengeluh, mengutuk, mencaci. Sering pula aku menyisakan persoalan dikantor, kbawa ke sepanjang perjalanan bahkan sampai ke rumah. akhirnya yang ada aku hanya diam seribu bahasa saat menunggu bis datang, tak menghiraukan lalu lalang, hilir mudik orang orang disekitarku. lalu memilih duduk di bangku bis yang masih kosong dan berharap tidak ada yang menyapaku ataupun mengajakku bicara selama perjalanan nanti. Melirik tajam dengan pandangan menusuk pada bapak bapak atau anak muda yang merokok tanpa memperdulikan akuatau sekitarnya terbatuk batuk karena asapnya. Tak jarang pula aku menegur mereka...peduli amat..ini juga hak saya, pikirku! Membayar bis tanpa memandang kondektur, pikirku; aku berikan uang pas berarti kondektur akan mengerti kemana tujuanku. Begitu turun, dan jemputan belum datang...wah tambah kutekuk mukaku menjadi lipatan lipatan emosi tertahan. Aku tak mau menunggu, naek becak aja...Di rumahlah aku bisa meluapkan segala rasa kesal, suamiku, bapak dan Ibuku setia sekali menampung segala muntahan rasa ini.
Dan sekali lagi perempuan tua berbaju ungu inilah, pikirku..untuk hari ini berhasil meruntuhkan kesombonganku. Tersadar betapa keluh kesahku tentang lelah yang aku rasa karena harus menempuh perjalanan lumayan jauh Kediri - Tulungagung di pagi hari dan Tulungagung - kediri di sorenya, keluh kesahku  karena tak ada yang aku kerjakan selama di kantor...dan aku bosan, pengen berhenti, mending menjadi ibu rumah tangga saja. Ataupun keluh kesahku tentang sistem kerja yang aneh menurutku, logika teman teman sekantor yang terbolak balik, masih menurutku juga, tingkah polah orang orang di kantor yang tidak bisa kuterima, juga tentang diriku yang tidak bisa dengan cepat menguasai butir demi butir peraturan/ Undang - undang kepemiluan.....arrrrggghhhh.
Sungguh tidak ada apa apanya dibandingkan Perempuan itu, meskipun tubuhnya menua tapi semangatnya yang tidak setua tubuhnya. Keikhlasannya menghadapi hidup, harapan yang begitu besar, serta senyumnya yang begitu murah, indah,menyejukkan.
Wahai Perempuan Tua berbaju ungu, entah dimanakah kau berada...doaku semoga daganganmu laris hari ini, esok dan esoknya lagi. Dan harapku kau doakan aku agar berhenti mengeluh, mewarisi semangatmu...Terima kasih.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Shadow....


Sebenarnya ingin menulis tentang perasaan sedih yang bergelayut di hati saya selama ini. Bukan berarti saya tidak pernah bangga dengan orang – orang di sekitar saya, atau merasa berkecil hati apalagi ciut nyali. Akan tetapi lebih pada kekecewaan saya pada diri saya sendiri atas ketidakmampuan saya untuk berdiri di atas kaki sendiri, dan berdiri di atas bayang sendiri.
Selama ini perasaan saya mengatakan bahwa saya tidak punya kemampuan apapun, alias nothing. Ini lebih kentara lagi saat saya pertama kali bekerja. Saya sendiri juga tidak paham, mengapa Gusti Allah Sang Maha pemilik misteri memberikan amanah kepada saya berupa pintu rejeki..PNS..ups saat ini masih CPNS ding. Bahkan itu terjadi di hari pertama saya masuk, tatapan curiga menusuk jantung ditujukan kepada saya seorang. Sejurus pertanyaan yang sangat saya benci. Kenal ini, kenal dengan itu, istri siapa, anak siapa...dan terakhir bayar berapa?meledak rasanya amarah di dada saya. Megap – megap...emosi tertahan. Apakah saya terlihat terlalu bodoh hanya untuk sekedar menjadi seorang CPNS? Hati saya terantuk, buru – buru saya memompa kembali semangat yang masih tersisa. Saya sangat tahu betul bagaimana perjuangan semua orang untuk bisa seperti saya saat ini. Bahkan semua cara menjadi halal, padahal tidak sebanding dengan apa yang didapat nanti. Sungguh tak sepadan!
Saya baru mengikuti 4 kali test CPNS. Masih sangat sedikit dibandingkan dengan beberapa teman, yang bahkan samapai melancong ke ibukota demi memperjuangkan nasib. Ceritanya karena waktu itu saya menikah saat masih semester 7 akhir. Hasilnya ketika wisuda saya hamil 7 bulan dan lulus kemudian harus mengurus pangeran tampan, hasil perbuatan saya dan suami: Uwais Zilzala Ayatullah dan ajaib. Setahun kemudian kembali saya melahirkan seorang bidadari cantik: Ehsana Maswaya. Singkatnya sejak pernikahan saya tahun 2005 sampai 2009 saya tidak pernah mencoba tes CPNS sekalipun. Saya hanya beberapa kali menerima kabar dari teman- teman kuliah kalo saat test baik di tingkat pusat dan daerah sering bertemu teman seangkatan. Alhasil setiap test CPNS dimanapun dijadikan juga sebagai ajang reuni. Miris dalam hati, betapa berat perjuangan teman – teman se angkatan, sejurusan saya. Tetapi selama kurun waktu 2005 – 2009 itu adala beberapa kali saya ikut proyek, ya...hanya 3- 6 bulan saja. Test pertama yang saya ikuti untuk pertama kalinya adalah KPU. Tapi nasib baik belum berpihak pada saya saat itu. Saya gagal. Ada teman dan adik kelas yang berhasil lolos...Alhamdulillah. 2 atau 3 bulan berikutnya saya ikut tes CPNS kota kediri. Dan lowongan yang tersedia, yang sesuai dengan disiplin ilmu saya hanya 1 posisi saja. Pesimis...pasti! tapi saya sudah siap dengan segala resiko, berbekal belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) saya berhasil menyelesaikan soal dengan cepat. Maksudnya membaca soalnya cepat, entah jawabannya! hehe... Kekecewaan saya saat itu bukan karena saya tidak lolos, tetapi betapa curangnya proses perekrutan pegawai di kota ini... kota kediri pun geger....CPNS yang dinyatakan lolos beberapa diantaranya bahkan tidak hadir saat ujian. Tapi lolos....wow! menangis hati saya...oh betapa sampai seperti inikah setan telah menguasai manusia, itu tanggapan yang keluar dari otak saya yang terus terang sama sekali tidak paham betapa inikah yang disebut sebagai salah satu “Seni” dalam bekerja. Marah, kecewa...tapi buat apa? Selang beberapa hari saya mengikuti tes CPNS di lingkungan STAIN. Nah kalo yang satu ini memang saya yakin betul tidak akan diterima, soalnnya semua berbau agama...waduhhhh pusyiiing!haha....
Satu tahun kemudian tepatnya bulan Agustus 2010 saya bekerja sebagai tenaga kontrak kementrian tenaga kerja dan transmigrasi untuk ditempatkan di kota Kediri. Ini saya numpang jaringan suami saya yang ada di kementrian. Tapi tetap loh saya pakai jalur yang seharusnya...selurus lurusnya. Di tengah kontrak, seorang teman memberi informasi tentang KPU. Asikkk...pikir saya, coba sekali lagi..siapa tahu saya lolos. Bismillah...berangkatlah saya ke UNESA, jam 3 pagi. Duingiiiiiinnnn....tapi ga papa...demi nasib! Disinilah pula awalnya saya menjalin persahabatan dengan dua orang teman Emi Supriati dan Nur Hansah, keduanya sekarang adalah staf KPU Kabupaten Kediri. Tambah dulur.....dawakno umur. Dan saya pun lolos....
Bayangan pertama di pikiran saya adalah bekerja dengan baik menghasilkan sesuatu yang baik pula. Weissstttt...dahsyat pokoknya. Ah, ternyata....jauh! yah meskipun tidak terlalu jauh juga dari angan. Seribu pertanyaan ditujukan kepada saya sejak pertama saya masuk kerja, bahkan yang lebih parah kadang pertanyaan itu diulang lagi sampai sekarang. Kenalan inikah Kenalan itukah? Saudara inikah? Saudara itukah? Muak...akan tetapi saya juga harus menyadari bahwa pertanyaan seperti itu keluar dari orang – orang yang pemikirannya telah dirusak oleh sistem “lingkaran setan”. Mungkin pertama kali masuk kerja mereka juga merasakan apa yang saya rasakan. Sayapun hanya tersenyum kecut... dalam hati saya bertanya, tidakkah orang – orang seperti mereka memandang saya sebagai diri saya dengan kemampuan yang saya punya, toh saya bukan orang yang tidak bisa berbuat apa- apa, saya mau koq belajar dengan siapapun...
Tapi bekerja juga tak seburuk itu, nyatanya saya menemukan teman – teman yang aneh, lucu, pintar dan baik plus jujur! Tambah lagi sedulur saya...ndawakno umur.
Dengan kesadaran yang tinggi saat inipun saya berusaha belajar bahkan dari titik nol agar negara tidak pernah merugi membayar saya. Itu tekad saya yang sampai saat ini belum luntur. Dan semoga semangat saya tetap menyala....


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS