RSS

Tentang Cinta dan Kenangan

Tentang Cinta dan Kenangan
(inspired by 1 Juli 2012)

Jatuh cinta hampir tidak bertaut dengan usia. tidak ada pula kisaran usia. apakah pantas atau tidak jatuh cinta tidak ada hubungannya dengan dewasa dan usia.

Pagi setengah siang waktu itu, 1 Juli 2012, saya dan sejumlah teman smp negeri 5 kediri. Rasanya entahlah, berhamburan di benak saya beberapa ingatan tentang 15 tahun silam. ada sebagian yang hilang dan disadarkan kembali. Benar benar menjadi sosok yang hilang. hanya aku saja yang tidak tahu bahwa teman baik kami anik telah tiada karena sakit, hanya aku saja yang tidak tahu atau lebih tepatnya lupa pak Abdurrahman itu dulu ngajar apa, saya juga yang lupa beberapa skandal di kelas C dulu...wkwkwkw...kecuali skandal ani dan calim, karena sayalah yang menyimpan surat2nya...hahahahaha. 

Kemudian skandal antara nida yang jatuh cinta dan berada di antara dua pilihan Deni dan pak Budi guru kami (Sepertinya teman saya yang satu ini mengalami dewasa sebelum waktunya)....wkwkwk. Kemudian ingatan saya langsung terbang pada prihatin, teman yang dulu berangkat dan pulang bersepeda dengan saya, ia...kami pernah bersepeda berdua, boncengan memakai sepeda kecil prihatin atau sepeda saya ya???emmm lupa. saking asyiknya bersepeda sambil bercanda tertawa, tanpa sadar ada lubang d pinggir jalan yang ditutupi beberapa lembar daun lebar. bruuuukkkk...jadilah kami nungsep berdua lengkap dengan sepedanya. sadar kami terperosok, bukannya cepat2 bangun eeee malah kami melanjutkan tertawa terbahak bahak melihat sepeda yang buyar pretel ga karuan. hahahahah *pegang perut*

 *Rini, Tri Kanti, eike..,Ina, Nida, Indriani, Nunuk, Endang, Wiwin*
( hayo mau baca dari kanan ke kiri atau kiri ke kanan?)

Sepanjang pertemuan hari itu saya dan prihatin tertawa terbahak bahak bila mengingatnya.
masih dalam pertemuan hari itu saya menemukan betapa telah dewasa saya ini, seharusnya! tapi sekali lagi karena kedewasaan tidak berbanding lurus dengan usia, dan di usia saya sekarang 30 tahun mungkin belumlah dewasa. kadang persoalan yang hilir mudik silih berganti datang dalam hidup saya belum juga membuat saya mampu menjadi seperti seharusnya. mencoba mengukur diri dengan teman, karena mungkin pertemuan kami semua terlalu singkat untuk memasuki fase intim (maksudnya berbicara dari hati ke hati) hingga saya belum sempat tahu banyak kisah yang mereka ukir selama 15 tahun lebih ini. 

Indriani teman yang lucu dan imut, dulu waktu smp banyak sekali penggemarnya tetap utuh seperti dulu, selama ini dia mengabdikan hidupnya untuk mengajar di sekolah anak berkebutuhan khusus. keren yah? profesi yang jarang sekali orang mau. tapi bagi saya itu adalah profesi yang keren karena apa? sulit sekali loh menjaga kesatabialan emosi anak2 berkebutuhan khusus apalagi menciptakan atmosfer belajar. kemudian nida, teman satu ini contoh ibu rumah tangga yang perfecto di mata saya. selain menjadi ibu rumah tangga, dia juga jadi pengusaha. wonderful.....

Prihatin, yang setahu saya jatuh bangun tapi tetap mampu tersenyum manis, dan sekarang prihatin cantik sekali. Wiwin, syahrininya smp 5 satu ini tetap berhasil menjadi the artis dimata saya. apapun yang dia lakukan, apapun yang dia ucapkan bahkan dia kenakan sekalipun mampu mencuri konsentrasi,  beatiful and sexy! Ina, si tinggi semampai itu kini tuturnya layaknya wanita karier muda yang sedang naik daun, yah. bodinya perfecto, kalau dia mau sebenarnya bisa loh daftar jadi peragawati, Siapa sangka anaknya sudah 2. 

Calim yang secara utuh saya mengenalnya ya tetap seperti sedia kalanya, slenge'an...sepertinya hidup ini begitu mudahnya dijalani. Dan Rini, yang waktu itu terlihat tersenyum bersemu merah jambu seperti memendam rasa rindu dan cinta yang teramat dalam...hehe entah cinta dan rindunya ditujukan kepada siapa, aku tidak mengerti.

Banyak kisah yang mampu kami semua ukir kala usia muda. Ada kisah cinta yang mengharu biru, ada asmara yang membara, bahkan persaingan mendapatkan cinta.  Bahkan ada juga cerita tentang Cinta Lama Belum Kelar, emmmm kira2 siapa yah yg ngalamin? Dan tentang saya waktu itu tidak lebih seperti anak2 yang mulai beranjak remaja, tapi saya bukanlah tipe gadis yang digemari oleh sebagian teman sebaya saya. Mengenai prestasi belajarpun tidak ada yang spesial, biasaaaa saja. Mungkin teman2 juga lupa tentang kisah saya, (karena memang tidak ada yang perlu dikenang barangkali) Hahahahah....

Oh iya, hampir lupa ada satu teman yang unik dan selalu mendelik kalo bicara, siapakah dia??? Dialah Ketua kelas C Sugiyanto alias Sugik...si juragan bakso! Tidak pernah bicara dengan nada rendah, gimana kalo dia berdoa yah? mungkinkah panitia penerimaan doa bakalan sakit telinga dan spot jantung tiap sugik berdoa.

 

Ada yang berubah, ada yang sama saja. itulah kesan pertemuan 1 Juli 2012, ada yang berubah menjadi lebih baik, ada yang berubah bertambah buruk dan ada juga yang tetap utuh dari dulu sampai hari itu. Adakah teman temanku telah menemukan cinta mereka, telah menemukan harapan tentang hidup mereka, arah dan tujuannya? saya tidak tahu.
Adakah mereka telah dewasa? Atau hanya manusia yang terjebak dalam usia dewasa saja? itupun saya tidak tahu.
dan berikutnya kami membuat janji akan bertemu kembali dan mengukir cerita yang baru lagi....

Hari itu, 1 Juli 2012 saya menemukan kembali serpihan serpihan retak dalam hidup yang coba saya rekatkan menjadi kehidupan yang utuh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HAMPA


hujan yang menemani sore hari....
embun menemani basahnya pagi...
dingin malam menusuk tulang...
sepi...
adakah lentera yang mampu menerangi gelapnya hati?
jika ada, ingin aku beli
dimana
dalam sujud lima saja aku belum mampu mendapatkannya
dalam untaian kalam suci pun aku masih sunyi...
wahai jeritan, temani sepiku dalam ramaimu...
apakah sebenarnya rasa ini?
begitu hampa
apakah karena jarak yang aku buat?
apakah aku yang selalu mengingkari besarnya nikmat
keesaan yang kadang masih kupertanyakan
tentang kebenaran sejati yang tak nampak
dan tak kutemukan
wahai lentera, jawab sepi ini
gelap,samar dan aku yang meragu.
seribu tanya yang tak terarah
semakin dalam semakin tersesat
semakin ragu semakin tak tahu


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gadis muda, jatuh cinta, luka lama




Hanya mampu menatapnya melewati tetesan hujan. mencoba menghapus segala luka. tak ada keberanian sedetikpun untuk menatap matanya dan berkata betapa besar cinta untuknya, betapa besar harapan akan hari esok bersamanya. kalo boleh meminta pada Tuhan, mungkin hanya minta sebuah keberanian untuk melangkah, ya...melangkah menuju cinta. 
Lama tertegun tanpa bergerak dan berkata...sungguh gadis muda ini tak berani. mungkinkah ini karena luka lama yang masih menganga? kurasa...tidak juga, bukan gadis muda ini jika sampai cinta mampu membuatnya trauma. matinya langkah menurutnya karena gadis muda ini belum benar benar jatuh cinta. semata hanya karena ingin beranjak dari tempat semula, dia hanya ingin beranjak pergi, itu saja.

Gadis muda yang sedang ingin jatuh cinta dengan luka lama yang membekas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Grayscale


Diawali dari matahari yang mengintip malu malu
Tak ada banyak warna hari ini,
tak juga merah, kuning, hijau ataupun orange dan ungu
biasa saja, sangat biasa...nothing special.
aku yang biasa saja ini
berharap hari ini akan segera berganti
emmmm, dan mungkin ada warna yang cerah di esok hari

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perempuan Tua Berbaju Ungu




Entah dari arah mana datangnya, tiba tiba perempuan itu datang mendekatiku kemudian bertanya, "Mau kemana nduk?" kaget, ga kenal , "ke Kediri, mbah!"...."Ooooo...." 
Tubuh tua itu berbalut baju berwarna ungu. tas hitam kecil ditenteng dibahunya. Guratan lelah tampak jelas tergambar di wajahnya. Perempuan itu kemudian membeli 5 bungkus roti kecil, "buat oleh2 cucu di rumah" katanya kepada pedagang roti. Diliriknya aku dan tersenyum dianya padaku.
Sore itu, hujan rintik rintik, petir menggelegar semakin menambah sore mencekam...(lebay).
"Dari mana mbah?" tanyaku membuka pembicaraan kami di tengah dinginnya sore dan kebekuan hatiku.
" Dari pasar nduk, Alhamdulillah dagangan mbah laris hari ini, jadi pulang lebih enteng,gak bawa sisa dagangan."
Tak berapa lama yang aku tunggu tunggu datang...sebuah bis jurusan Trenggalek - Surabaya. naiklah aku..."Monggo mbah" akhir pembicaraan kami...Perempuan tua itupun mengangguk dan tersenyum.
Sepanjang perjalanan aku mencoba merenungkan diri, tak peduli pengamen, teman sebangku, ataupun lalu lalang pedagang.
Perempuan tua itu berbalut baju ungu..semagatnya terjerembab dalam tubuh tua, layu. Sungguh kehadiran perempuan tua berbaju ungu itu meruntuhkan seluruh kesombongan dalam diri. Aku yang masih muda ini, terlalu sering mengeluh, mengutuk, mencaci. Sering pula aku menyisakan persoalan dikantor, kbawa ke sepanjang perjalanan bahkan sampai ke rumah. akhirnya yang ada aku hanya diam seribu bahasa saat menunggu bis datang, tak menghiraukan lalu lalang, hilir mudik orang orang disekitarku. lalu memilih duduk di bangku bis yang masih kosong dan berharap tidak ada yang menyapaku ataupun mengajakku bicara selama perjalanan nanti. Melirik tajam dengan pandangan menusuk pada bapak bapak atau anak muda yang merokok tanpa memperdulikan akuatau sekitarnya terbatuk batuk karena asapnya. Tak jarang pula aku menegur mereka...peduli amat..ini juga hak saya, pikirku! Membayar bis tanpa memandang kondektur, pikirku; aku berikan uang pas berarti kondektur akan mengerti kemana tujuanku. Begitu turun, dan jemputan belum datang...wah tambah kutekuk mukaku menjadi lipatan lipatan emosi tertahan. Aku tak mau menunggu, naek becak aja...Di rumahlah aku bisa meluapkan segala rasa kesal, suamiku, bapak dan Ibuku setia sekali menampung segala muntahan rasa ini.
Dan sekali lagi perempuan tua berbaju ungu inilah, pikirku..untuk hari ini berhasil meruntuhkan kesombonganku. Tersadar betapa keluh kesahku tentang lelah yang aku rasa karena harus menempuh perjalanan lumayan jauh Kediri - Tulungagung di pagi hari dan Tulungagung - kediri di sorenya, keluh kesahku  karena tak ada yang aku kerjakan selama di kantor...dan aku bosan, pengen berhenti, mending menjadi ibu rumah tangga saja. Ataupun keluh kesahku tentang sistem kerja yang aneh menurutku, logika teman teman sekantor yang terbolak balik, masih menurutku juga, tingkah polah orang orang di kantor yang tidak bisa kuterima, juga tentang diriku yang tidak bisa dengan cepat menguasai butir demi butir peraturan/ Undang - undang kepemiluan.....arrrrggghhhh.
Sungguh tidak ada apa apanya dibandingkan Perempuan itu, meskipun tubuhnya menua tapi semangatnya yang tidak setua tubuhnya. Keikhlasannya menghadapi hidup, harapan yang begitu besar, serta senyumnya yang begitu murah, indah,menyejukkan.
Wahai Perempuan Tua berbaju ungu, entah dimanakah kau berada...doaku semoga daganganmu laris hari ini, esok dan esoknya lagi. Dan harapku kau doakan aku agar berhenti mengeluh, mewarisi semangatmu...Terima kasih.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Shadow....


Sebenarnya ingin menulis tentang perasaan sedih yang bergelayut di hati saya selama ini. Bukan berarti saya tidak pernah bangga dengan orang – orang di sekitar saya, atau merasa berkecil hati apalagi ciut nyali. Akan tetapi lebih pada kekecewaan saya pada diri saya sendiri atas ketidakmampuan saya untuk berdiri di atas kaki sendiri, dan berdiri di atas bayang sendiri.
Selama ini perasaan saya mengatakan bahwa saya tidak punya kemampuan apapun, alias nothing. Ini lebih kentara lagi saat saya pertama kali bekerja. Saya sendiri juga tidak paham, mengapa Gusti Allah Sang Maha pemilik misteri memberikan amanah kepada saya berupa pintu rejeki..PNS..ups saat ini masih CPNS ding. Bahkan itu terjadi di hari pertama saya masuk, tatapan curiga menusuk jantung ditujukan kepada saya seorang. Sejurus pertanyaan yang sangat saya benci. Kenal ini, kenal dengan itu, istri siapa, anak siapa...dan terakhir bayar berapa?meledak rasanya amarah di dada saya. Megap – megap...emosi tertahan. Apakah saya terlihat terlalu bodoh hanya untuk sekedar menjadi seorang CPNS? Hati saya terantuk, buru – buru saya memompa kembali semangat yang masih tersisa. Saya sangat tahu betul bagaimana perjuangan semua orang untuk bisa seperti saya saat ini. Bahkan semua cara menjadi halal, padahal tidak sebanding dengan apa yang didapat nanti. Sungguh tak sepadan!
Saya baru mengikuti 4 kali test CPNS. Masih sangat sedikit dibandingkan dengan beberapa teman, yang bahkan samapai melancong ke ibukota demi memperjuangkan nasib. Ceritanya karena waktu itu saya menikah saat masih semester 7 akhir. Hasilnya ketika wisuda saya hamil 7 bulan dan lulus kemudian harus mengurus pangeran tampan, hasil perbuatan saya dan suami: Uwais Zilzala Ayatullah dan ajaib. Setahun kemudian kembali saya melahirkan seorang bidadari cantik: Ehsana Maswaya. Singkatnya sejak pernikahan saya tahun 2005 sampai 2009 saya tidak pernah mencoba tes CPNS sekalipun. Saya hanya beberapa kali menerima kabar dari teman- teman kuliah kalo saat test baik di tingkat pusat dan daerah sering bertemu teman seangkatan. Alhasil setiap test CPNS dimanapun dijadikan juga sebagai ajang reuni. Miris dalam hati, betapa berat perjuangan teman – teman se angkatan, sejurusan saya. Tetapi selama kurun waktu 2005 – 2009 itu adala beberapa kali saya ikut proyek, ya...hanya 3- 6 bulan saja. Test pertama yang saya ikuti untuk pertama kalinya adalah KPU. Tapi nasib baik belum berpihak pada saya saat itu. Saya gagal. Ada teman dan adik kelas yang berhasil lolos...Alhamdulillah. 2 atau 3 bulan berikutnya saya ikut tes CPNS kota kediri. Dan lowongan yang tersedia, yang sesuai dengan disiplin ilmu saya hanya 1 posisi saja. Pesimis...pasti! tapi saya sudah siap dengan segala resiko, berbekal belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) saya berhasil menyelesaikan soal dengan cepat. Maksudnya membaca soalnya cepat, entah jawabannya! hehe... Kekecewaan saya saat itu bukan karena saya tidak lolos, tetapi betapa curangnya proses perekrutan pegawai di kota ini... kota kediri pun geger....CPNS yang dinyatakan lolos beberapa diantaranya bahkan tidak hadir saat ujian. Tapi lolos....wow! menangis hati saya...oh betapa sampai seperti inikah setan telah menguasai manusia, itu tanggapan yang keluar dari otak saya yang terus terang sama sekali tidak paham betapa inikah yang disebut sebagai salah satu “Seni” dalam bekerja. Marah, kecewa...tapi buat apa? Selang beberapa hari saya mengikuti tes CPNS di lingkungan STAIN. Nah kalo yang satu ini memang saya yakin betul tidak akan diterima, soalnnya semua berbau agama...waduhhhh pusyiiing!haha....
Satu tahun kemudian tepatnya bulan Agustus 2010 saya bekerja sebagai tenaga kontrak kementrian tenaga kerja dan transmigrasi untuk ditempatkan di kota Kediri. Ini saya numpang jaringan suami saya yang ada di kementrian. Tapi tetap loh saya pakai jalur yang seharusnya...selurus lurusnya. Di tengah kontrak, seorang teman memberi informasi tentang KPU. Asikkk...pikir saya, coba sekali lagi..siapa tahu saya lolos. Bismillah...berangkatlah saya ke UNESA, jam 3 pagi. Duingiiiiiinnnn....tapi ga papa...demi nasib! Disinilah pula awalnya saya menjalin persahabatan dengan dua orang teman Emi Supriati dan Nur Hansah, keduanya sekarang adalah staf KPU Kabupaten Kediri. Tambah dulur.....dawakno umur. Dan saya pun lolos....
Bayangan pertama di pikiran saya adalah bekerja dengan baik menghasilkan sesuatu yang baik pula. Weissstttt...dahsyat pokoknya. Ah, ternyata....jauh! yah meskipun tidak terlalu jauh juga dari angan. Seribu pertanyaan ditujukan kepada saya sejak pertama saya masuk kerja, bahkan yang lebih parah kadang pertanyaan itu diulang lagi sampai sekarang. Kenalan inikah Kenalan itukah? Saudara inikah? Saudara itukah? Muak...akan tetapi saya juga harus menyadari bahwa pertanyaan seperti itu keluar dari orang – orang yang pemikirannya telah dirusak oleh sistem “lingkaran setan”. Mungkin pertama kali masuk kerja mereka juga merasakan apa yang saya rasakan. Sayapun hanya tersenyum kecut... dalam hati saya bertanya, tidakkah orang – orang seperti mereka memandang saya sebagai diri saya dengan kemampuan yang saya punya, toh saya bukan orang yang tidak bisa berbuat apa- apa, saya mau koq belajar dengan siapapun...
Tapi bekerja juga tak seburuk itu, nyatanya saya menemukan teman – teman yang aneh, lucu, pintar dan baik plus jujur! Tambah lagi sedulur saya...ndawakno umur.
Dengan kesadaran yang tinggi saat inipun saya berusaha belajar bahkan dari titik nol agar negara tidak pernah merugi membayar saya. Itu tekad saya yang sampai saat ini belum luntur. Dan semoga semangat saya tetap menyala....


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ibu, saya sudah besar



Ketika akan mendaftarakan si mas ke sekolah playgroup, saya sempat ragu. Seribu pertanyaan berhamburan di otakku berputar- putar. Apa mas bisa? Apa mas mampu? Rewel ga ya? Pipis di sekolah ga ya? Nakal ga ya?....ahhhh banyak banget!kira kira ada hampir 3 bulan saya harus menemani mas di dalam kelas. Kalo saya keluar kelas, mas pasti membuntuti. Istilahnya saya harus sekolah lagi. Belum lagi kalo bu guru ngajak nyanyi, mas cuman diem aja mendengarkan. Entahlah dia sedang mencoba menghafal lirik lagu atau terlalu malu untuk ikut bernyanyi. Anehnya ketika pulang sekolah maka si mas akan menyanyikan lagu itu dan tidak ada satupun kata yang terlewatkan.
Waktu itu mas berusia 3,5 th sedangkan adek 2,5 tahun. Jadi kalo tiap pagi nungguin mas sekolah, adek pasti ikutan. Ikutan rusuh maksudnya. Tak jarang saya harus keluar masuk kelas gara – gara si mas minta ditemenin di kelas tapi si adek minta maen di luar. Cerita mas di hari pertamanya sekolah berulang ke adek. Umur adek genap 3 th waktu saya daftarkan ke playgroup yang sama dengan mas. Ceritanya tidak jauh berbeda. Bahkan adek lebih parah, hampir selama 1 th di playgroup adek tidak pernah mau di tinggal. Saya selalu menemaninya baik di dalam kelas atau di luar kelas. Belum lagi kalo ada urusan tambahan “mogok”.
Kata orang anak – anakku mewarisi sifatku masa kecil dulu, pemalu akut! Bapak saya bahkan harus menyiapkan hadiah khusus yang dititipkan ke ibu guru untukku, karena saya akan menangis seharian di rumah karena ga kebagian hadiah di sekolah. Yah gimana mau dapat hadiah lha maju kedepan nyanyi, nari atau baca puisi aja saya ogah. Ga mau majunya tapi mau hadiahnya. Hehe...
Karena saya harus bekerja dari hari senin- jum’at, ada kesempatan mengantar anak – anak sekolah hanya pada hari sabtu. Dan sekarang ada peraturan baru kalau orang tua tidak boleh menunggui anaknya di dalam lingkungan sekolah. Sebenarnya aturan seperti itu diapakai oleh hampir semua sekolah TK dan Playgroup, alasannya agar anak mandiri plus tidak ada konflik antara ibu dengan anak orang lain atau anak dengan ibu lain. Maksudnya pernah tidak sih ada ibu yang turut campur ketika anaknya bertengkar dengan temannya, alhasil pertengkaran berpindah dari antara anak dengan anak ke ibu dengan ibu...haha. Kalo di sekolah anak saya masih musim lo...xixixixi. Entah karena saking sayangnya sang ibu kepada anaknya atau saking protektifnya atau aalah namanya. Yang jelas karena anak saya hampir tidak punya teman bermain di rumah, teman – teman bermainnya hanya ada di sekolah, kadang saya biarkan saja mereka bertengkar dan saya melihat saja dari kejauhan. Menurut saya proses interaksi “bertengkar” merupakan salah satu proses pendewasaan pada anak. Betul ga sih? Anak saya tergolong anak yang pendiam, pada awalnya mas dan adek kalo berantem sama temannya hanya diam saja, kadang malah kabuuur....hahaha. tapi sekarang wah how amazing si mas, entah siapa yang mendidiknya(pura- pura lupa) berani melawan lo! Kalo enggak di dorong itu temannya atau dia dan ganknya kabur. Dan temannya ngaplo....hebattttt saya bilang. Kalo adek sih jarang rusuh dengan teman soalnya sampai sekarangpun adek belum punya teman. Sukanya masih main sendirian aja. Kadang saya masih berpikir keras metode apa ya yang harus saya terapkan kepada anak- anak saya, karena keduanya mengalami permasalahan yang sama yaitu kurang bisa beradaptasi. Keyakinan saya penyebabnya selain pola asuh saya dan bapaknya adalah karena kami tidak punya halaman bermain. Halaman bermain kami adalah trotoar, lha tentu saja saya ketsayatan kalau anak saya berkeliaran di pinggir jalan. Hasilnya televisi dan game onlinelah yang menemani keseharian mas dan adek kalo ada waktu senggang. Berbeda dengan teman – temannya yang rata- rata ayah ibunya berdagang. Tempat bermain mereka adalah pasar, sedangkan di pasar banyak sekali anak- anak bermain sekedar berlarian kesana kemari. Bahkan ada beberapa dari saudara saya yang bilang kalo anak- anak yang dibesarkan di pasar, banyak yang terbentuk menjadi anak- anak yang pemberani,mandiri.

Sekarang ketika hari sabtu tiba, rasanya saya sangatlah bersemangat untuk mengantar ke sekolah. Tetapi lain dengan tanggapan anak – anak, mereka sudah besar sekarang jadi kadang tidak mau ditemani di sekolah. “buk, ga boleh nganter ke sekolah lo! Saya berangkat sendiri aja ya.”  Oke...katsaya. Kadang seperti tak ingin melepas mereka sendiri, saya tetap mengikuti mereka di belakang kemudian menghilang ketika mereka sudah sampai di pintu gerbang. Kadang – kadang pula ketika istirahat saya sempatkan sekedar melihat mereka bermain dari balik pagar, atau beralasan mengantarkan kue untuk mereka. Betapa dalam lubuk hati saya rindu manja anak- anak dan meminta saya untuk menemani mereka di dalam kelas...hehe, aneh ya...semacam galau. Tidak tahu bagaimana lagi perasaan saya ketika anak – anak tumbuh lebih dari sekedar sekarang nantinya. Akankah mereka melupakan saya atau tidak memerlukan saya lagi? Ahhhh....betapa kegalauan itu terkadang hadir tapi tak bisa saya ungkapkan. Kalau mereka sudah tertidur dan ketika mata saya tak bisa terpejam, saya pandangi mereka satu persatu. Basah pipi saya kalau melihat dan memikirkan akan seperti apakah mereka kelak? Apakah seperti yang saya impikan? Bukankah itu juga terlalu egois, sebagai orang tua hanyalah tempat Tuhan menitipkan amanahnya dan tidak memiliki hak apapun atas mereka. Sebagai orang tua hanya wajib menjaga amanah ini hingga mampu tumbuh dengan baik tanpa berhak membentuk mereka semau dan seingin saya. Apalagi berharap jika kita telah lanjut usia, anak- anak akan gantian menjaga kita....kita sebagai orang tua tidak punya hak atas mereka, kecuali dengan kesadaran mereka sendiri menjaga kita sampai menutup mata. Bahkan dalam doa saya berharap jika kelak saya telah lanjut, tidak akan merepotkan mereka anak- anak saya. Entahlah....
Dengan bekal kegalauan yang saya rasakan, pada akhirnya saya menyadari kenapa ibu saya selalu dengan setia membuatkan teh hangat untuk adik saya sebelum dia berangkat kerja. Atau bahkan sepiring sarapan yang tersedia di meja tanpa adik saya memintanya. Lantas kenapa ibu saya masih saja mencuci dan menyeterika baju adik saya kadang kala, padahal kalau dilihat dari usianya adik saya sudah sangat cukup dewasa. Apakah ini merupakan salah satu wujud kegalauan ibu saya? Mungkin saja. Sama dengan kegalauan saya ketika harus meninggalkan anak- anak di sekolah tanpa kehadiran saya di balik pagar.
Sekarang saya mendidik diri saya untuk memahami betapa proses kehidupan ya seperti itulah adanya, tidak perlu kita mengatur seperti apa kita atau anak anak kita nanti....semuanya akan berjalan sesuai dengan skenarioNya. Hanya saja ada benda dalam tubuh kita ini yang dinamakan otak yang gunanya adalah agar kita mampu berpikir mana yang benar dan mana yang salah. Dan ada pula sebuah kalam, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib kaumnya melainkan dengan usahanya sendiri....sungguh misteri. Percaya atau tidak semuanya telah membawa takdirnya sendiri – sendiri...termasuk anak – anak kita.
Hanya saja (masih galau) saya tidak bisa membayangkan pada suatu hari nanti ketika saya benar- benar membutuhkan anak- anak saya, akan tetapi mereka tak bisa memenuhinya. Dan kemudian mereka melupakan saya begitu saja.  Atau mereka sedang ribut soal warisan, padahal saya masih segar bugar. Ah semoga saja tidak...harapan saya! Betapa tidak saya berpikiran seperti itu, ketika di sepanjang jalan kadang saya melihat orang tua yang masih saja bekerja, orang- orang tua yang terlunta – lunta hidupnya, di trotoar, emperan toko, bahkan orang tua yang mengorek – korek sampah mencari plastik atau botol yang bisa dijual. Sedih...pertanyaan yang muncul pertama pastilah Dimana anak – anak mereka? Kenapa setua itu masih dibiarkan bekerja? Meskipun pertanyaan itu berkecamuk di otak saya, namun tidak pernah ada keberanian untuk bertanya, saya hanya bisa melihatnya saja. Bibir saya terkunci....biarlah hanya jadi misteri. Sekarang saya tinggal menunggu detik ketika anak – anak saya akan berkata; Ibu, saya sudah besar.........

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS