Kenapa dijuluki “bad boy” aku jg belum begitu paham. Dimataku, dua temanku ini adalah sosok pegawai yang bisa dikategorikan pegawai teladan tingkat “sedang”. Meskipun kalau seandainya dijadikan wakil lomba pegawai teladan...emmmm jelaslah tidak mungkin menjadi...”pemenang”..hehe.
Entah karena duo ini saking kesalnya pada bos atau saking terlalunya si “Bos”. Tony misalnya, jam kerjanya yang terkesan aneh dan tidak aku mengerti, di luar itu dia selalu mampu bersikap tegas dan bisa tuh kalo diajak rapat. Kerjanya ...wow...amazing! bisa diandalkan juga. Mungkin karena tidak begitu membutuhkan gaji, kata temen2 sih...maklumlah tony ini adalah seorang juragan loh dikampungnya.
Lain Tony lain pula Roni... Roni kalau dirangking masuk dijajaran pegawai yang rajin. Masuk tepat pada waktunya, pulangpun pada waktunya. Kalau mendapat tugas, mampu juga dilaksanakan dengan baik dan hasilnya...baguuuuus! tidak neko – neko dalam bertingkah. Atau setidaknya belumlah...karena mungkin Tuhan tahu, maka Roni tidak diberikan kesempatan untuk neko – neko dengan rejeki yang melimpah misalnya. Kalo tampangnya...lumayanlah (ini menurut selera perempuan kebanyakan). Meskipun habis habisan tiap hari dijadikan bahan guyonan, wow dia ga pernah marah...senyumnya selalu menggelegar...dengan modal kesadaran penuh bahwa bentuk persahabatan bisa lain dan terkadang aneh, roni menyadari inilah sahabatnya, tempatnya bercurah hati dan perasaan, berbagi suka maupun duka. Meskipun bayarannya tidak murah...mukanya(bkn dlm arti yg sebenarnya) hancur lebur “disengga’i” tiap hari.
Lalu dalam pikiranku dimanakah letak ke “bad boy-an” mereka? Tidak ada. Pada jam kerja Tony yang tidak lazim tapi tegas dalam bersikap? Atau pada Rony yang selalu siap di saat dibutuhkan? Apakah itu bisa disebut “bad boy”?
0 komentar:
Posting Komentar